Selasa, 08 April 2014

TUGAS

NEMATODA JARINGAN ATAU DARAH

 

1. WUCHERERIA BANCROFTI
 

 
 
 MORFOLOGI
 
cacing Wuchereria bancrofti dewasa adalah berbentuk silindris, halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing filaria dewasa (makrofilaria), baik yang jantan maupun betina, hidup pada saluran dan kelenjar limfe. Cacing betina ukurannya kurang lebih 65-100mm x 0,25 mm sedangkan cacing jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm. Cacing betina akan mengeluarkan larva filaria yang disebut mikrofilaria yang bersarung dengan ukuran berkisar antara 250-300 �m x 7-8 �m

Berbeda dengan induknya, mikrofilaria hidup pada aliran darah dan terdapat pada aliran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja. Jadi, mikrofilaria ini memiliki periodisitas tertentu. 
    Umumnya mikrofilaria Wuchereria bancrofti periodisitasnya adalah nokturna atau malam hari, artinya mikrofilaria hanya terdapat dalam peredaran darah tepi hanya pada malam hari. Pada siang hari mikrofilaria terdapat pada kapiler-kapiler organ dalam seperti paru-paru, jantung, ginjal dan lain-lain.

    Vektor atau perantara yang berperan dalam penularan penyakit filariasis ini adalah nyamuk. Untuk Wuchereria bancrofti vektor yang berperan pada daerah perkotaan adalah nyamuk Culex quinquefasciatus, sedang di daerah pedesaan vektornya bisa berupa nyamuk Anopheles, Aedes, dan Mansonia. 
 
 SIKLUS HIDUP


 
 
Siklus hidup W. bancrofti sumber www.dpd.cdc.gov/dpdx
 
 
EPIDEMIOLOGI

 Parasit ini tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, meluas jauh ke utara sampai Spanyol dan ke selatan sampai Brisbane, Australia. Di sebelah timur dunia dapat ditemukan di Afrika, Jepang, Taiwan, Filipina, Indonesia dan kepulauan Pasifik Selatan. Di belahan barat dunia di hindia barat, Costa Rica dan sebelah utara Amerika Selatan. Frekuensi filariasis yang bersifat periodik, berhubungan dengan kepadatan penduduk dan kebersihan yang kurang, karena culex quinguefascialus sebagai vektor utama, terutama membiak di dalam air yang dikotori dengan air got dan bahan organik yang telah membusuk. Di Daerah Pasifik Selatan frekuensi Filariasis nonperiodik di daerah luar kota sama tingginya atau lebih tinggi dari pada di desa-desa besar karena vektor terpenting ialah Aedes Polynesiensis, seekor nyamuk yang biasanya hidup di semak-semak. Frekuensi berbeda-beda menurut suku bangsa, umur, jenis kelamin, terutama berhubungan dengan faktor lingkungan. Orang Eropa, yang lebih terlindung terhadap nyamuk, mempunyai frekuensilebih rendah daripada penduduk asli.
Vektor utama di belahan Barat Dunia ialah Culex quinquefanciatus dan di Pasifik Selatan Aedes Polynesiensis. Nyamuk Culex quinquefanciatu menggigit pada malam hari, hidup di rumah dan daerah kota, sedangkan nyamuk Aedes Polynesiensis menggigit pada siang hari, hidup di luar rumah dan di daerah hutan. Di daerah Pasifik Selatan filariasis nonperiodik berbeda dengan yang periodik atas dasar perbedaan geografis dan perbedaan-perbedaan kecil pada cacing dewasanya. Periodisitas tidak berubah walaupun orang yang terkena infeksi berpindah ke daerah nonperiodik.
Di Indonesia filariasis tersebar luas di daerah endemi terdapat di banyak pulau di seluruh Nusantara, seperti di Sumatera dan sekitarnya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Irian Jaya. Untuk dapat memahami epidemiologi filariasis, kita perlu memperhatikan faktor-faktor seperti hospes, hospes reservoar, vektor, dan keadaan lingkungan.

 
PENYAKIT YANG DI SEBABKAN

  • Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat   hilang  bila  istirahat  dan  muncul lagi setelah  bekerja berat
  • Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
  • Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas    dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal    lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
  • Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
  • Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)


2. BRUGIA MALAYI DAN BRUGIA TIMORI
 
A. BRUGIA MALAYI
 
Brugia malayi dapat dibagi dalam dua varian yang hidup pada manusia dan yang hidup pada manusia dan hewan,misalnya kucing,kera,dan lain-lain.Brugia Timori hanya terdapat pada manusia.penyakit yang disebabkan oleh B.malayi disebut filariasis malayi dan yang disebabkan oleh B.timori disebut filariasis timori.kedua penyakit tersebut kadang-kadang  disebut sebagai fliariasis brugia.

 
  • B. Malayi => hospes utama : manusia dan mamalia (kera, anjing, kucing)
  • B. timori => Hanya pada manusia
  • Penyakit yang disebabkan disebut Filariasis Malayi dan Filariasis Timori
  • Cacing dewasa hidung di SALURAN dan KELENJAR LIMFE
  • Terdapat di negara-negara Asia
  • Khusus INDONESIA B. Timori ditemukan di  Pulau Timor, Rote, Flores, Alor, dan Kepulauan NTT



  • MORFOLOGI
    • Cacing dewasa berbentuk silindrik seperti benang
    • Warna putih kekuningan
    • Cacing betina berekor lurus
    • Cacing jantan berekor melingkar dengan 2 spikula di ujungnya
    • Mirip Wuchereria bancrofti hanya lebih pendek


    SIKLUS HIDUP
    • Nokturna dan nonperiodik
    • Yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris
    • Yang hidup pada manusia dan mamalia ditularkan oleh nyamuk Mansonia Sp.
    • Masa hidup larva dalam tubuh vektor 10 hari
    • Menjadi dewasa dalam tubuh hospes utama dalam 3 bulan

    Siklus hidup Brugia malayi
     



    PENYAKIT YANG DISEBABKAN
    • Limfangitis retrograd
    • Elefantiasis
    • TIDAK PADA ALAT GENITAL
    • Organ yang paling sering terkena : Kelenjar limfe tungkai, kelenjar limfe ketiak, dan kelenjar limfe lengan
    Limfadenitis (elefantiasis) pada tungkai oleh Brugia malayi


    EPIDEMIOLOGI

     Filaria ini tidak ditemukan di perkotaan, dan hanya terdapat di daeran pedesaan karena nyamuk vektornya hidup di rawa-rawa dan sawah di pedesaan.

    Faktor yang berperan pada penyakit ini:

    1. Sanitasi
    2. Kebiasaan
    3. Sosial ekonomi
    B. BRUGIA TIMORI
     
     Brugia timori merupakan spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak 1965, yang ditularkan oleh vektor yaitu Anopheles barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur.
     
     
     
    MORFOLOGI
     
    a.       Hospes definitif  : Manusia
    b.      Hospes perantara/vektor            : Nyamuk(Anopheles barbirostris)
    c.       Habitat                                         : - Cacing dewasa :Saluran, dan kelenjar limfe
                           - Mikrofilaria :Darah da limfed.  
     
    1.Cacing dewasa : bentuk seperti benang  berwarna putih susu
        Cacing jantan : (13 – 23) x 0,08 mm
                                                  ekor melengkung ke ventral, mempunyai 2 spikulum
        Cacing betina : (21 – 39) x 0,1 mm
                                                    ekor lurus
     
    SIKLUS HIDUP
     
    Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair. 
    Mikrofilaria dari timori Brugia lebih panjang dan morfologi yang berbeda dari orang-orang dari Brugia malayi dan Wuchereria bancrofti, dengan ruang cephalic panjang-lebar untuk rasio sekitar 3:1. Juga, selubung B. timori tidak noda pink dengan Giemsa stain seperti diamati dengan B. malayi dan W. bancrofti.
     
    PENYAKIT

     
    Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti). 

     
    EPIDEMIOLOGI
    Seperti infeksi filariasis manusia, Brugia timori filariasis menyebabkan demam akut dan lymphedema kronis. Siklus hidup Brugia timori sangat mirip dengan Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi, yang menyebabkan periodisitas nokturnal dari gejala penyakit.
    Sejauh ini Brugia timori hanya ditemukan di Lesser Sunda Islands Indonesia. Hal ini secara lokal terbatas untuk daerah-daerah yang dihuni oleh vektor nyamuk, yang berkembang biak di sawah. Satu studi prevalensi infeksi di desa Mainang, Alor Island, ditemukan mikrofilaria dalam darah 157 dari 586 orang (27%), dengan 77 dari mereka (13%) menunjukkan lymphedema kaki
     

    3. MANZONELLA OZZARDI

    Hospes utama : MANUSIA
    Hospes perantara : Simulium Sp dan Culicoides Sp.
    Filaria ini hanya ditemukan di daerah Hindia Barat, Amerika Tengah dan Amerika Selatan

    Penyakit yang disebabkan nya tidak disertai gejala serius. Gejala yang muncul mulai dari nyeri ekstremitas, kemerahan, dan demam.

    Epidemiologi
    Pencegahan bergantung pada pemberantasan vektor



    4. ONCHOCERCA VOLVULUS
     
    Onchocerciasis (river blindness) adalah infeksi oleh cacing gelang Onchocerca volvulus. Hal ini menyebabkan rasa gatal, ruam, kadangkala disertai luka gores, sama seperti gejala-gejala mata yang membuat kebutaan.
    Di seluruh dunia, sekitar 18 juta orang memiliki Onchocerciasis. Sekitar 270.000 nya menjadi buta, dan 500.000 mengalami gangguan penglihatan. Onchocerciasis adalah penyebab nomor dua pada kebutaan. Onchocerciasis paling umum di daerah tropis dan daerah selatan Afrika (sub-sahara). Kadangkala terjadi di Yaman, Meksiko Selatan, Guatemala, Ekuador, Kolombia, Venezuela, dan Brazil (sepanjang Amazon). 


    Tidak ditemukan di INDONESIA
    Banyak di Afrika dan Amerika Tengah
    Penyakit yang disebabkan disebut ONKOSERSOSIS, BLINDING FILARIASIS atau RIVER BLINDNESS
    Vektor : Simulium Sp. (serangga)

    MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP

     Cacing betina lebih besar dari cacing jantan
    Cacing betina menghasilkan 1.000 mikrofilaria/hari
    Mikrofilaria sering ditemukan dalam kelenjar limfe, stratum germinativum kulit, dan konjungtiva korneal


    ASPEK KLINIS
    • Cacing dewasa tidak patogen
    • Klinis oleh mikrofilaria => migrasi ke kelenjar limfe, organ-organ  viseral, kulit dan mata
    Siklus hidup Onchocerca volvulus

    Simulium Sp.


     EPIDEMIOLOGI
    Banyak ditemukan di dataran tinggi Afrika
    Kasus tertinggi di daerah aliran sungai => vektor menyukai daerah seperti ini
    Vektor menggigit pada pagi dan sore hari (hari cerah)
    Vektor menggigit sepanjang hari (langit berawan dan tempat rindang) 

    Patologi River Blindness